Minggu, 07 Oktober 2012

Dampak Asap Rokok Pada Perempuan Dikhawatirkan Membesar


Dampak buruk asap rokok bagi kesehatan pada perempuan dikhawatirkan membesar. Tingginya perokok laki-laki, diikuti tingginya perempuan dan anak yang menjadi perokok pasif.
Hal itu terungkap seminar Nicotine Addiction 101; Rokok Dampak Medis, Tatalaksana, dan Pencegahan di Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta, Selasa (2/10/2012) ini.
Berdasarkan hasil Global Adult Tobacco Survey (GATS) 2011, jumlah perokok laki-laki di Indonesia mencapai 67 persen atau tertinggi di dunia. Hal ini bepengaruh juga kepada perempuan dan anak yang cenderung menadi perokok pasif.
Selain itu, terdapat 2,7 persen perokok aktif perempuan. Prevalensi paparan second hand smoke di rumah pada kalangan non-perokok adalah 71,7 persen (79,3 juta orang). Mereka tidak merokok dan harus ikut menanggung dampak asap rokok orang lain.
Prevalensi paparan asap rokok di rumah lebih besar pada perempuan non-perokok (75,0 persen) dibandingkan pada laki-laki bukan perokok (62 persen).
Jumlah perempuan bukan p erokok yang terpapar asap rokok orang lain di rumah sebesar 62 juta orang, atau lebih tinggi dari laki-laki yang sebesar 17, 3 juta orang.
Menurut Hakim Sorimuda Pohan, dari Komisi Nasional Pengendalian Tembakau sekaligus dokter spesialis kandungan, asap rokok berdampak besar kepada kesehatan perempuan, terutama bagi perempuan hamil. Elastisitas pembuluh darah menuju plasenta berkurang, akibatnya berat badan lahir bayi rendah, ujarnya.
Batuk-batuk pada ibu juga mengganggu proses persalinan. Terdapat pula risiko kongenital pada anak, kematian mendadak bayi , kecenerungan anak menjadi perokok dini, dan kanker pada alat reproduksi.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Ikatan Dokter Indonesia, Prijo Sidipratomo, menambahkan, tembakau merupakan penyebab kematian yang dapat dicegah. " Kematian prematur karena konsumsi tembakau biasanya terjadi rata-rata 15 tahun sebelum umur harapan hidup tercapai," ujar Prijo.
Mengutip hasil perhitungan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan, Prijo mengungkapkan, biaya medis 629.017 kasus yang terkait penggunaan tembakau di Indonesia, seperti penyakit pernafasan, jantung, pembuluh darah, neoplasma/kanker, dan gangguan perinatal tahun 2010 sebesar Rp 1,85 triliun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar